Balai Arkeologi Provinsi Sulut Ungkap Hasil Penelitian di Minahasa Selatan |
Minahasa Selatan, MediaSulut.Com - Tim Balai Arkeologi Provinsi Sulut akhirnya menyampaikan kesimpulan hasil eskavasi dan penelitian pada sejumlah titik penemuan peninggalan zaman megalitikum pada seminar hasil penelitian Arkeologi di Minahasa Selatan, di Hotel Sutan Raja pada Selasa (22/10/2019)
Pada kesempatan tersebut mewakili Bupati, Kadis Pariwisata Minsel, Frenky Toar, SE,. menyampaikan ucapan terima kasih dari Bupati Kab. Minsel atas kegiatan yang bisa terlaksana dengan baik terkait menggali kebudayaan Minahasa khususnya di Minsel untuk itu mengajak peserta dan seluruh elemen agar bersama menggali semua potensi budaya melalui peninggalan leluhur yang ada di Kab. Minsel.
Dalam seminar tersebut Tim Peneliti Balai Arkeologi Sulut melalui Dr. Ipak Fahriani mengatakan, "Hasil penelitan arkeologi terkait perkembangan hunian dan budaya megalitik di Minahasa Selatan pada masa lampau menjadikan Minsel sebagai lokus penelitian untuk peninggalan masa prasejarah dan sejarah. Ada begitu banyak peninggalan arkeologis yang telah hilang diakibatkan oleh banjir bandang di daerah Motoling. Ada banyak situs yang kami temukan sehingga menjadi data baru pada data base Balai Arkeologi Sulut, saat ini pelaksanaan eskavasi hanya pada titik tertentu dan masih kurang sehingga perlu melakukan banyak eskavasi untuk mengetahui peninggalan yang ada, "ucapnya.
Balai Arkeologi Provinsi Sulut Ungkap Hasil Penelitian di Minahasa Selatan |
Lanjutnya, "Kami berupaya melihat pola sebaran peninggalan arkeologi di Minsel. Kurangnya informasi dan kurangnya kepedulian dan apresiasi dari masyarakat sehingga ada begitu banyak peninggalan leluhur dirusak, hilang atau karena vandalisme sehingga Balai Arkeologi Sulut banyak kehilangan sumber informasi dan data peninggalan. Terkait peninggalan budaya di Minsel merupakan potensi pariwisata budaya yang bisa dilestarikan. Mengapa PAD Bali begitu tinggi terkait memanfaatkan potensi pariwisata budaya? untuk itu akan merekomendasikan kepada pemerintah agar dapat menjadikan acuan dalam pengelolaan pariwisata budaya dalam rangka meningkatkan PAD Kab. Minsel," jelas Fahriani.
Ditambahkannya, "Peninggalan zaman megalitikum banyak ditemukan di wilayah Tumpaan sampai dengan Modoinding dan wilayah pesisir Tenga dan Sinonsayang. Kurang lebih ada 1122 peninggalan dari 23 desa di Kab. Minsel. Pada tahun 2019 telah dilakukan survei dan ekskavasi baik daerah pesisir dan pegunungan. Peninggalan masa lampau yang ditemukan misalnya Lumpang batu atau lesung batu, ada cukup banyak yang ditemukan hampir setiap desa di daerah Tompaso sedangkan Menhir banyak ditemukan di daerah pesisir. Lumpang batu berfungi untuk alat tumbuk dan berfungsi sakral untuk pemujaan misalnya di Desa Tondey dan Desa Ongkaw Satu, Umumnya yang berfungsi sakral memiliki ornamen burung manguni, di Desa Popontolen dan desa Tangkunei juga ditemukan adanya Menhir. Untuk Batu dakon memiliki ciri adanya lubang lubang kecil berfungsi sakral, temuan Batu Besar juga ada di daerah Modoinding serta peninggalan Waruga juga ditemukan di desa Radey serta Altar Batu juga ditemukan didaerah Kumelembuai dari hasil eskavasi sudah ada sejak abad 13 s.d 14 SM, "paparnya.
Hal penemuan juga disampaikan oleh Peneliti dari Universitas Hasanudin, Dr Kadija Tharir Muda atas sebaran gerabah, "Hampir seluruh wilayah pegunungan dan pesisir Minsel memiliki sebaran gerabah, dimana masyarakat Minsel pada zaman dahulu sudah bisa membuat gerabah sendiri. Temuan di Pulau sepatu, Desa Popareng Tatapaan banyak sekali ditemukan fragmen gerabah. Gerabah prasejarah selalu ditemukan tidak dalam bentuk yang utuh namun yang ditemukan kebanyakan dalam bentuk fragmen saja. Ditemukan pada saat survei dan dilakukan eskavasi dengan analisis terhadap ukuran, bentuk dan pemeriksaan laboratorium, "jelas Dr Kadija Tharir Muda.
Balai Arkeologi Provinsi Sulut Ungkap Hasil Penelitian di Minahasa Selatan |
Pakar arkeologi Universitas Udayana, Prof Dr I Wayan Ardike menyampaikan, "Penemuan fosil gajah purba di Talaud sangat menarik karena pulau Sulawesi tidak menyatu dengan benua yang lainnya. Gajah purba yang di temukan di Flores adalah gajah kerdil termasuk manusa purba yang ditemukan disebut homo Florensiensis. Di luzon juga telah ditemukan manusia purba sehingga ada data pembanding. Homo Floresiensis memiliki struktur dagu dan nyambung yang menjembantani antara Homo Erectus dan Homo Sapiens, "jelas Ardike.
Lanjutnya, "Suatu saat kita akan menemukan fosil tua di Minsel seperti daerah Luzon dan Flores. Pendukung budaya lapita menunjukan secara spesifik terkait genetik bahwa sebaran manusia di Pasifik dari Taiwan. Kajian kajian genetik yang ditemukan di Minsel siapa tau tidak melalui Philipine melainkan langsung dari Luar sehingga informasi yang ada bisa memberikan informasi yang baru dan mengubah teori-teori yang ada selama ini. Menhir, batu lumpang dan sebagainya apabila masih menemukan sisa biji-bijian yang ditumbuk akan menjadi informasi yang penting terkait masa tersebut.Waruga yang ditemukan dinalogikan dengan penghuninya, Kita akan dapat melihat satus sosial dari Waruga sehingga menguatkan pendapat terhadap stratifikasi sosial di Minahasa,misalnya status sosial dalam komunitas adat, "paparnya.
Senada terkait kepurbakalaan, pakar arkeologi Universitas Hasanudin, Prof Dr Akinduli mengatakan, "Hasil penelitian sementara menunjukan bahwa Minsel sangat kaya dengan budaya megalitik. Budaya megalitik masih hidup dan berkembang, Pulau Sulawesi sangat kaya dengan ikon megalitik misalnya ikon Waruga, kalau di Sulsel namanya Baruga atau tempat pertemuan. Menhir adalah bahasa akademik namun pasti ada nama lokalnya yang perlu digali dan dicari tahu fungsinya. Arca Menhir berbeda dengan Menhir, begitu juga lesung dan lumpang batu berbeda dari definisi akademik, begitu juga dengan Dolmen dan meja batu. Desa desa yang ada dahulunya dibagi atas komunitas-komunitas adat yang di simbolkan dengan tinggalan atau hasil temuan. Untuk temuan Waruga agar lebih diteliti lebih jauh lagi. "ucap Akinduli.
Balai Arkeologi Provinsi Sulut Ungkap Hasil Penelitian di Minahasa Selatan |
"Budaya apapun bisa memberikan inspirasi bagi pelaku usaha ekonomi kreatif dalam bidang pariwisata dengan membuat cindera mata sesuai dengan keunggulan Pariwisata sebagai outcome yang dapat menghasilkan income. Budaya merupakan bagian yang sangat penting dalam menunjang pariwisata. Mohon kepada warga agar menjaga waruga yang ada. Saat ini ada anggaran dari pemerintah pusat terkait bantuan untuk peninggalan purbakala namun syaratnya harus mengisi Pokok Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD) sebelumnya, "pungkasnya.
Kesimpulan hasil eskavasi dan penelitian bahwa :
1. Budaya Megalitikum berkembang pesat di Minahasa Selatan dengan sebaran tinggalan megalitiknya yang bervariasi atau beragam
2. Adanya aktifitas hunian, penguburan, pemujaan, dan perbengkelan (untuk geraba dan olah batu)
3. Sudah mengenal pengorganisasian baik sosial ekonomi dan kepercayaan.
4. harmonisasi perkembangan budaya megalitik yang berlangsung cukup panjang di wilayah Minahasa Selatan.
5. Jejak arkeologi yang tersebar di wilayah Minahasa Selatan membawa pesan luhur bahwa nenek moyang orang Minahasa Selatan sangat adaptif terhadap lingkungan, sehingga melahirkan budaya olah pangan sekaligus kearifan lokal tradisi menghormati sang penjaga alam.
Kabid Budaya Dinas Pariwisata Minsel, Frany Tilaar kepada awak media mengatakan, "Seminar perkembangan hunian dan budaya megalitik di Minahasa Selatan pada masa lampau merupakan sinergitas yang baik dari berbagai elemen diantaranya Balai Arkeologi Provinsi Sulut, Universitas Hasanudin, Universitas Udayana dan seluruh masyarakat Minsel, untuk itu diucapkan terima kasih.
Dalam seminar tersebut dihadiri juga yang mewakili Kepala Balai Arkeologi Sulut, Grace Rantung M.Pd, Kabid Budaya Dinas Pariwisata Minsel, Frany Tilaar, para hukumtua, para pemerhati sejarah budaya dan Budayawan Minsel.
Cleen