Dalam foto yang diambil April 1993 ini memperlihatkan Omar Abdel-Rahman sedang memberikan keterangan kepada wartawan beberapa hari setelah pengeboman Gedung WTC pada 26 Februari. |
Abdel-Rahman yang tuna netra ini dipenjara seumur hidup setelah terbukti bersekongkol dengan para pelaku pengeboman yang menewaskan enam orang dan melukai 1.000 orang lainnya.
Dia juga terbukti merencanakan serangan-serangan lain di berbagai lokasi terkenal di New York, termasuk markas besar PBB, sejumlah jembatan dan terowongan sebagai bagian perang kota yang akan dikobarkannya.
Pemerintah AS mengatakan, pria berusia 78 tahun itu meninggal dunia di lapas North Carolina setelah lama menderita diabetes dan penyakit jantung koroner.
Sebelum pindah ke AS pada 1990, Abdel-Rahman sempat memimpin kelompok militan Al-Gamaa al-Islamiya di Mesir.
Saat itu dia dituduh menerbitkan fatwa yang berujung pada pembunuhan Presiden Mesir Anwar Sadat pada 1986. Namun, saat itu dia dibebaskan dari semua tuduhan.
Setahun setelah tiba di New York, Abdel-Rahman mendapatkan status penduduk tetap atau permanent resident yang kemudian dia mulai berdakwah di kawasan Brooklyn dan New Jersey.
Para pengikut Abdel-Rahman kerap dikaitkan dengan berbagai serangan teror di berbagai lokasi termasuk pembunuhan Rabbi Meir Kahane di New York pada 1990 dan pembunuhan seorang penulis Mesir pada 1992.
Setelah disidangkan selama sembilan bulan pada 1995, pengadilan memutuskan Abdel-Rahman bersalah dalam 48 dari 50 dakwaan.
Dia dinyatakan bersalah antara lain dalam plot pembunuhan Presiden Mesir Hosni Mubarak, seorang poliisi Yahudi asal New York, dan pembunuhan hakim agung New York yang keturunan Yahudi.
Setahun sebelum pengikutnya menabrakkan dua pesawat terbang ke gedung WTC yang mmenewaskan hampir 3.000 orang pada 11 September 2001, Osama bin Laden pernah bersumpah akan membebaskan Abdel-Rahman dari penjara.
Editor: Redaksi
sumber: kc