MediaSulut.Com, Minahasa - Pesawat tempur TNI Angkatan Udara (AU) ditembak jatuh kelompok teroris di Desa Kiawa Satu Utara Kecamatan Kawangkoan Utara Kabupaten Minahasa, tepatnya di belakang Gereja Masehi Adven Hari Ketujuh (GMAHK) Kiawa, Kamis (21/4/2016). Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 9.30 WITA yang turut diwarnai dengan rentetan suara tembakan antara pasukan tempur TNI dengan kelompok teroris.
Baku tembak tersebut berlangsung selama kurang lebih beberapa menit. Setelah itu pasukan TNI AU yang terdiri dari 59 pilot tempur itu bergerak menuju ke wilayah Desa Kiawa II Timur. Di desa tersebut dari informasi, para pilot tempur TNI AU mendapatkan lokasi untuk beristirahat sejenak.
Rupanya lokasi peristirahatan para pilot tempur tersebut dikatahui tempat kelompok yang diduga sebagai teroris. Selang sekitar 30 menit kedepan, satu ledakan bom mengejutkan masyarakat setempat. Spontan, para pilot tempur langsung terpencar untuk menyelamatkan diri.
Perjalanan para pilot tempur berlanjut ke wilayah Desa Tolok. Di lokasi tersebut mendapatkan bantuan logistik berupa pasokan bahan makanan. Bantuan logistik tersebut dibawa langsung oleh pesawat/helikopter milik TNI AU yang diterbangkan dari Lanudsri Manado.
Saat dikonfirmasi, Kolonerl (Pnb) Ferdinand Roring membenarkan hal tersebut. Hanya saja, mantan Komandan Pangkalan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Manado itu menambahkan bahwa kejadian tersebut merupakan bagian dari skenario latihan Survival Tempur TNI AU.
“Jadi 59 pilot tempur ini diberi kesempatan untuk melatih mental dan fisik jika menghadapi kejadian yang sesungguhnya. Mereka akan dibekali dengan cara-cara dan strategi dari para instruktur latihan bagaimana bertahan hidup baik di hutan belantara maupun di air (laut dan danau),” kata Kolonel Ferdinand yang juga bertindak sebagai Direktur Latihan Survival Tempur.
Dalam agenda latihan tersebut turut hadir sejumlah perwira TNI AU asal Sulut seperti mantan Danlanudsri Manado Kolonel (Pnb) Hesly Paat dan pilot pesawat tempur jenis Sukhoi Letkol (Pnb) David Tamboto dan Camat Kawangkoan Utara Serfilia Koroh SSTP. Letkol David sendiri adalah puteras asli Tomohon.(tim)
Baku tembak tersebut berlangsung selama kurang lebih beberapa menit. Setelah itu pasukan TNI AU yang terdiri dari 59 pilot tempur itu bergerak menuju ke wilayah Desa Kiawa II Timur. Di desa tersebut dari informasi, para pilot tempur TNI AU mendapatkan lokasi untuk beristirahat sejenak.
Rupanya lokasi peristirahatan para pilot tempur tersebut dikatahui tempat kelompok yang diduga sebagai teroris. Selang sekitar 30 menit kedepan, satu ledakan bom mengejutkan masyarakat setempat. Spontan, para pilot tempur langsung terpencar untuk menyelamatkan diri.
Perjalanan para pilot tempur berlanjut ke wilayah Desa Tolok. Di lokasi tersebut mendapatkan bantuan logistik berupa pasokan bahan makanan. Bantuan logistik tersebut dibawa langsung oleh pesawat/helikopter milik TNI AU yang diterbangkan dari Lanudsri Manado.
Saat dikonfirmasi, Kolonerl (Pnb) Ferdinand Roring membenarkan hal tersebut. Hanya saja, mantan Komandan Pangkalan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Manado itu menambahkan bahwa kejadian tersebut merupakan bagian dari skenario latihan Survival Tempur TNI AU.
“Jadi 59 pilot tempur ini diberi kesempatan untuk melatih mental dan fisik jika menghadapi kejadian yang sesungguhnya. Mereka akan dibekali dengan cara-cara dan strategi dari para instruktur latihan bagaimana bertahan hidup baik di hutan belantara maupun di air (laut dan danau),” kata Kolonel Ferdinand yang juga bertindak sebagai Direktur Latihan Survival Tempur.
Dalam agenda latihan tersebut turut hadir sejumlah perwira TNI AU asal Sulut seperti mantan Danlanudsri Manado Kolonel (Pnb) Hesly Paat dan pilot pesawat tempur jenis Sukhoi Letkol (Pnb) David Tamboto dan Camat Kawangkoan Utara Serfilia Koroh SSTP. Letkol David sendiri adalah puteras asli Tomohon.(tim)