MediaSulut.Com, New York - Para investor lagi-lagi terpikat dengan negara-negara berkembang alias emerging markets. Pasalnya, dalam waktu 2 bulan terakhir, dana yang masuk ke kelompok negara tersebut sudah mencapai hampir 10 miliar dollar AS.
Para pengamat menyatakan, angka tersebut merupakan titik balik yang signifikan. Hal ini masuk akal, karena berdasarkan riset Bank of America Merill Lynch, pada tahun 2013 hingga 2015, dana asing yang keluar dari emerging markets mencapai 103 miliar dollar AS.
Arus modal mulai masuk ke pasar saham emerging markets cukup deras pula pada pekan lalu. Indeks saham emerging markets MSCI naik 5,5 persen tahun ini, berada di atas pasar saham AS dan Eropa.
Indeks pasar saham di Brazil, Argentina, dan Rusia naik 10 persen tahun ini. Kondisi yang sama juga dialami pasar saham Afrika Selatan dan Meksiko.
"Kita tengah berada di titik yang tepat untuk aset emerging markets," kata Richard Turnill, Global Chief Investment Strategist di BlackRock, sebagaimana dikutip dari CNN Money, Selasa (26/4/2016).
Minat para investor untuk memasukkan dananya ke negara-negara tersebut didorong beberapa faktor kunci. Sejumlah portofolio investasi yang pada tahun lalu tidak berkinerja cemerlang, tahun ini menjadi sebaliknya.
Faktor pertama adalah harga komoditas telah merangkak sejak Februari, setelah anjlok dalam dua tahun terakhir. Komoditas merupakan mesin pendorong utama pertumbuhan di emerging markets.
Selain itu, bank sentral AS Federal Reserve kini membidik penaikkan suku bunga Fed Fund Rate tidak sesering yang diperkirakan. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung lebih menarik banyak dana, sehingga investor mencari imbal hasil lebih tinggi di pasar yang lebih berisiko.
Ketiga, penguatan dollar AS kehilangan momentum sementara nilai tukar negara-negara emerging markets mulai menggeliat setelah dalam kondisi melemah pada tahun 2015.
Penguatan dollar AS akan menyulitkan pembayaran utang, terutama dalam mata uang tersebut.(tim)
Para pengamat menyatakan, angka tersebut merupakan titik balik yang signifikan. Hal ini masuk akal, karena berdasarkan riset Bank of America Merill Lynch, pada tahun 2013 hingga 2015, dana asing yang keluar dari emerging markets mencapai 103 miliar dollar AS.
Arus modal mulai masuk ke pasar saham emerging markets cukup deras pula pada pekan lalu. Indeks saham emerging markets MSCI naik 5,5 persen tahun ini, berada di atas pasar saham AS dan Eropa.
Indeks pasar saham di Brazil, Argentina, dan Rusia naik 10 persen tahun ini. Kondisi yang sama juga dialami pasar saham Afrika Selatan dan Meksiko.
"Kita tengah berada di titik yang tepat untuk aset emerging markets," kata Richard Turnill, Global Chief Investment Strategist di BlackRock, sebagaimana dikutip dari CNN Money, Selasa (26/4/2016).
Minat para investor untuk memasukkan dananya ke negara-negara tersebut didorong beberapa faktor kunci. Sejumlah portofolio investasi yang pada tahun lalu tidak berkinerja cemerlang, tahun ini menjadi sebaliknya.
Faktor pertama adalah harga komoditas telah merangkak sejak Februari, setelah anjlok dalam dua tahun terakhir. Komoditas merupakan mesin pendorong utama pertumbuhan di emerging markets.
Selain itu, bank sentral AS Federal Reserve kini membidik penaikkan suku bunga Fed Fund Rate tidak sesering yang diperkirakan. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung lebih menarik banyak dana, sehingga investor mencari imbal hasil lebih tinggi di pasar yang lebih berisiko.
Ketiga, penguatan dollar AS kehilangan momentum sementara nilai tukar negara-negara emerging markets mulai menggeliat setelah dalam kondisi melemah pada tahun 2015.
Penguatan dollar AS akan menyulitkan pembayaran utang, terutama dalam mata uang tersebut.(tim)