MediaSulut.Com, Filipina - Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan asli Filipina.
Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.
BBC melaporkan, Selasa (26/4), Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengecam eksekusi Abu Sayyaf. "Aksi brutal yang dilakukan kelompok teroris itu adalah pembunuhan berdarah dingin," kata Trudeau.
Pemerintah Kanada, ketika era PM Stephen Harper, tidak menggubris tuntutan Abu Sayyaf. Ridsdel diculik Abu Sayyaf sejak September 2015. Dia termasuk rombongan orang yang disekap dari penginapan di Pulau Samal, Davao del Norte. Ridsdel dulunya adalah mantan petinggi perusahaan tambang di Kanada.
Selain Ridsdel, masih ada satu lagi warga Kanada lainnya Robert Hall (50) yang belum diketahui nasibnya. Pacar Hall, perempuan asli Filipina ikut ditawan, begitu pula warga negara Norwegia Kjartan Sekkingstad selalu manajer penginapan. Merujuk video Abu Sayyaf dilansir pekan lalu, empat orang itulah yang jadi prioritas awal hendak dihabisi karena tebusan tak kunjung dibayar.
Militan terafiliasi dengan ISIS itu menuntut masing-masing dari empat sandera itu ditebus senilai 300 juta peso (setara Rp 84 miliar).
Trudeau menjamin pihaknya tidak akan tunduk pada ancaman teroris. Namun sang PM menolak menjawab pertanyaan media, apakah Kanada sempat bernegosiasi dengan Abu Sayyaf untuk membebaskan dua warganya.
"Pemerintah Kanada berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah Filipina dan partner internasional untuk menyeret siapapun yang bertanggung jawab atas tindakan barbar ini ke hadapan hukum," ungkapnya.
Selain tiga tawanan lain yang hendak dibunuh, Abu Sayyaf masih menyandera beberapa orang asing. Di antaranya ada satu warga Belanda, satu asal Jepang, empat pelaut Malaysia, serta 14 awak kapal dari Indonesia.(tim)
Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.
BBC melaporkan, Selasa (26/4), Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengecam eksekusi Abu Sayyaf. "Aksi brutal yang dilakukan kelompok teroris itu adalah pembunuhan berdarah dingin," kata Trudeau.
Pemerintah Kanada, ketika era PM Stephen Harper, tidak menggubris tuntutan Abu Sayyaf. Ridsdel diculik Abu Sayyaf sejak September 2015. Dia termasuk rombongan orang yang disekap dari penginapan di Pulau Samal, Davao del Norte. Ridsdel dulunya adalah mantan petinggi perusahaan tambang di Kanada.
Selain Ridsdel, masih ada satu lagi warga Kanada lainnya Robert Hall (50) yang belum diketahui nasibnya. Pacar Hall, perempuan asli Filipina ikut ditawan, begitu pula warga negara Norwegia Kjartan Sekkingstad selalu manajer penginapan. Merujuk video Abu Sayyaf dilansir pekan lalu, empat orang itulah yang jadi prioritas awal hendak dihabisi karena tebusan tak kunjung dibayar.
Militan terafiliasi dengan ISIS itu menuntut masing-masing dari empat sandera itu ditebus senilai 300 juta peso (setara Rp 84 miliar).
Trudeau menjamin pihaknya tidak akan tunduk pada ancaman teroris. Namun sang PM menolak menjawab pertanyaan media, apakah Kanada sempat bernegosiasi dengan Abu Sayyaf untuk membebaskan dua warganya.
"Pemerintah Kanada berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah Filipina dan partner internasional untuk menyeret siapapun yang bertanggung jawab atas tindakan barbar ini ke hadapan hukum," ungkapnya.
Selain tiga tawanan lain yang hendak dibunuh, Abu Sayyaf masih menyandera beberapa orang asing. Di antaranya ada satu warga Belanda, satu asal Jepang, empat pelaut Malaysia, serta 14 awak kapal dari Indonesia.(tim)